Indonesia dan Taman Nasional De Hoge Veluwe

Temukan lebih banyak lagi

Sejak dahulu hubungan antara Negeri Belanda dan Indonesia kuat  dan berasal dari abad keenam belas, waktu perdagangan antara kedua wilayah itu mulai berkembang. Taman ini juga ada hubungannya dengan Indonesia. Kami menyebutkan beberapa darinya.

Konferensi Hoge Veluwe

Pada bulan April tahun 1946 delegasi-delegasi dari pemerintah Belanda dan Indonesia mengadakan perundingan di Pondok Berburu Sint Hubertus mengenai penyerahan kedaulatan. Ini disebut konferensi Hoge Veluwe.

Konferensi gagal karena perbedaan wawasan mengenai cara bagaimana Republik Indonesia akan harus menjadi merdeka. Di samping itu para wakil dari republik tidak mempunyai mandat untuk mengambil keputusan. Pemerintah Belanda juga menganggap dirinya belum bebas untuk memutuskan, karena masih mempunyai kabinet darurat sebagai akibat pendudukan Jerman.

Meskipun konferensi tidak memberikan hasil nyata, namun pemerintah Belanda bersedia untuk mengakui bahwa Republik Indonesia melaksanakan kekuasaan nyata di Jawa.

Masih makan waktu lebih dari tiga tahun sebelum perdana menteri Belanda Willem Drees pada tanggal 27 Desember 1949 membacakan naskah protokol dan menandatanganinya, bersama dengan Mohammad Hatta, yang waktu itu adalah perdana menteri dari Indonesia. Ini dilakukan di Istana Kerajaan di Dam.

Sekolah Tinggi Perdagangan Belanda

Anton Kröller, bersama dengan istrinya Helene Kröller-Müller pendiri Taman Nasional De Hoge Veluwe, adalah salah satu pendiri Sekolah Tinggi Perdagangan Belanda di Rotterdam. Mohammad Hatta kuliah di sekolah ini. Sekarang ini adalah Universitas Erasmus.

Berlage di Indonesia

H.P. Berlage, arsitek yang antara lain mendesain Pondok Berburu Sint Hubertus, pada tahun 1923 selama tiga bulan berada di Hindia-Belanda. Di sana dia juga mendesain gedung.

Pemerintah Belanda meminta kepadanya untuk memberikan nasihat tentang restorasi candi-candi yang kebanyakan runtuh. Pertanyaannya adalah apakah hanya harus dijaga supaya tidak lebih runtuh lagi, atau harus dibangun kembali. Nasihat arsitek itu: adalah penting untuk sebaik mungkin melestarikan candi-candi, tetapi jangan terlalu jauh melakukan rekonstruksi, apalagi dengan bahan baru.

Sementara itu Berlage juga mempunyai pendapat yang jelas mengenai arsitektur di negara itu yang - waktu  itu - modern. Orang Belanda jangan begitu saja mengimpor gedung-gedung mereka ke situ, tetapi memperhatikan hal-hal yang khas dari negara tersebut. Dalam perjalanannya arsitek ini menjadi terkesan oleh kebudayaan Hindia.

Kayu hitam Sulawesi di Pondok Berburu

Di Pondok Berburu Sint Hubertus banyak digunakan kayu hitam Sulawesi. Jenis kayu ini, juga disebut “Makassar-ebben”, sangat mahal. Jenis pohon terkenal yang menghasilkan kayu hitam Sulawesi adalah Diospyros celebica, yang tumbuh di Sulawesi.

Promosi Taman

Pada tahun 2024 Taman ini menjalin hubungan dengan Indonesia dengan meminta kepada seorang pemuda Indonesia di Jakarta untuk mempromosikan De Hoge Veluwe di Indonesia dan di antara orang Belanda dengan latar belakang Indonesia.